Wednesday, March 21, 2012

paras cantik bunga layu


"Braakkkk"
Serta merta aku terkejut mendengar suara itu. Ternyata ulah seorang teman dikelas ku yang entah siapa namanya. Baru sehari aku berada di sekolah menengah pertama (SMP) negeri 02 di Magelang ini. Aku pindah dari sekolahku yang lama, karena menurut orang tuaku di sekolah yang lama aku kurang mendapatkan fasilitas yang baik. Orang tuaku khawatir prestasiku akan menurun jika melanjutkan bersekolah disana. Akhirnya mereka mengirimku ke kediaman pamanku di Magelang. Memang benar aku mendapatkan sekolah favorit di sini, tetapi dibalik semua itu aku tidak menyadari godaan besar menantiku.
"hallo, salam kenal namaku Fita" sapa seseorang di kelasku. dia berperawakan sedang dengan kulit sedikit gelap dan senyum yang cukup manis. "eh, iya salam kenal juga, aku Nina bru pindah sekolah dan aku dikasi kelas ini sama kepsek" ujarku agak sedikit gugup. Itulah perkenalan pertamaku dengan penghuni kelas ini.
"oya tadi yang gebrak meja tu siapa si, cewek tapi ko kayak macan?" tanyaku pada Fita, "oh itu Pina, memang wataknya kayak gitu juga suka main palak dia, ati-ati aja kamu kan baru di sini" ujar Fita wanti-wanti padaku.
Tak pernah kubayangkan akan bertemu teman sperti itu disini, ditambah lagi aku termasuk gadis kecil yang gampang menangis bisa dibilang manja. Memang perawakan Pina begitu subur dan kekar seperti bodyguard yang sering kulihat di televisi. Tiba-tiba Pina mendekati tempatku duduk, dan sungguh di luar dugaanku dia duduk di bangku tepat di sampingku yang masih kosong. Jantungku berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya, keringat mulai terlihat di wajahku yang gugup.
"heh, siapa nama lu" gertak Pina, "a..aa.kuu.. Nina" jawabku menunduk. "minta duit nya, keliatannya duit lu banyak tu", "aku gx punya duit, cuma pas-pasan aja buat ongkos pulang nanti" sergahku.
Pina tetap memaksa meminta uang dariku, dan akhirnya aku menyerah. Kuserahkan selembar ribuan kepadanya agar ia cepat menghentikan tekanannya terhadapku.
Jam pulang sekolahpun tiba, aku melangkah gontai menuju pemberhentian bus. Tidak ada yg menarik selama perjalan pulang hanya desak-desakan penumpang yang membuatku sedikit lelah. Turun dari bus aku masih harus berjalan sekitar 500 meter lagi untuk mencapai rumah tempat pamanku tinggal.
"gimana Nin disekolah, apa semua baik-baik saja" tanya paman padaku, "ya semua baik-baik saja paman, dan menyenangkan sekali di sekolah yang baru" ucapku sedikit berkelit dari keadaan sebenarnya. Aku tidak ingin membuat pamanku cemas padaku jadi aku mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja.
Kulangkahkan kaki menuju kamar. Di rumah ini aku tinggal bersama dua pamanku dan satu bibi ku yang merupakan istri dari pamanku yang lebih tua.
"Nina makan dulu, tadi bibi masak ikan" panggil bibiku dari luar, "iya bi, sebentar lagi. Nina belum lapaR" ujarku singkat.
Aku mengganti pakaianku, kemudian pergi keruang makan dan kusantap sedikit masakan bibi. Benakku masing menerawang jauh di rumah, aku ingin kembali pulang. Menikmati hidup bersama adik-adikku dan orang tuaku, bukan hidup bagaikan orang asing seperti ini. Kulangkahkan kaki menuju kamar mandi. Kurasakan kesegaran air yang cukup berbeda dari yang ada dirumah. Usai membasuh tubuh, aku membuka pelajaran yang diberikan guru tadi di sekolah untuk mengingatnya kembali. Cukup tenang suasana malam itu yang membuatku semakin sedih berada jauh dari orang tuaku.
"Nina bangun, sudah siang, nanti kamu terlambat ke sekolah" gedor bibiku. "arrgghhh, iya iya bi, ini juga sudah bangun" elakku pada bibi.
rasa malas menghampiriku, berat sekali langkahku untuk pergi ke sekolah, tetapi segera ku tepis rasa itu. Aku harus semangat bersekolah agar orang tuaku tak kecewa.
"selamat pagi anak-anak, hari ini kita akan belajar mengenai manusia prasejarah" ucap seorang guru mengawali pelajaran pagi itu. Ternyata pelajaran sejarah cukup menarik, dan tidak membosankan. Aku merasa geli ketika memperhatikan perawakan guru yang mengajar sejarah itu, mirip dengan manusia purba juga rupanya.
"heh, bengong aja, senyum-senyum pula lu, gila ya" tegur Pina ketus. Aku hanya membalasnya dengan sedikit senyuman. lebih baik menjaga jarak darinya supaya sikapnya tidak semakin berani dalam meminta uang padaku. Aku bukan pendonor yang punya banyak uang untuk dibagi-bagikan padanya. Aku juga masih meminta pada orang tuaku. Orang seperti Pina terlihat seperti kekurangan kasih sayang dari keluarganya, sehingga ia mencari perhatian dari lingkungan dengan cara seperti itu.
Seperti biasa aktifitasku seusai sekolah hanya makan, istirahat, mandi, belajar dan selalu begitu. Aku mulai terbiasa dengan kehidupan di lingkungan rumah paman, tetapi aku bukanlah orang yang terbiasa ngobrol ke tetangga, aku memilih diam dirumah sambil menonton acara televisi. Hari ini sebelum belajar aku menonton acara kesukaanku "Termehek-mehek". Ya mungkin memang itu tidak sepenuhnya realita, tapi jika sudah menyukainya ya tetap saja suka. Hari ini acara tersebut berkisah tentang seorang ibu yang membiarkan anaknya di adopsi oleh Tuan dimana dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Jika dipandang dari sisi negatif, memang ibu tersebut terlihat jahat karena tega membiarkan anaknya diadopsi, namun jika dilihat dari sisi positif perbuatan ibu itu tidak salah, karena menginginkan kehidupan yang terbaik bagi anaknya. Seperti orang tuaku yang menginginkan sekolah terbaik bagiku.
"Nin, di panggil kepsek tu" ujar Fita mengagetkanku. "ah, apa lagi ini, perasaan nggak ada salah apa deh. kenapa pake dipanggil pula" fikirku sambil melangkah menuju ruang kepala sekolah.
"tok, tok, permisi pak", "iya silakan masuk" ucap kepala sekolah mempersilahkanku. "besok ada festival pakaian adat di kabupaten, kamu ikut ya" sambung kepala sekolah. Aku terdiam sejenak, tapi segera ku iyakan perintah kepala sekolah. Sedikit terkejut aku mendengar ucapan kepala sekolah tadi, namun aku sangat bersyukur bisa diikutkan dalam even tersebut. Sekarang yang harus aku persiapkan adalah bagaimana caranya besok pagi bisa bangun subuh.
"paman besok Nina ikut festival pakaian adat di kabupaten, paman bisa anter kesalon yang di booking sekolah besok subuh?" tanyaku pada paman, "bagus itu, ya besok paman anter kamu" puji pamanku sekaligus setuju untuk mengantarkanku.
Pukul 3 pagi aku terbangun karena alarm yang ku hidupkan. kusambar handukku dan segera pergi kekamar mandi. Lampu kamar mandi pamanku agak suram, karena menggunakan lampu pijar. Ketika sedang asik mandi, aku menengok kearah atap samping. Tiba-tiba kulihat sepasang mata sedang memperhatikanku mandi. Ia segera menghilang ketika disadari aku telah memergokinya. Kali ini aku benar-benar terdiam tidak tahu apa yang harus kukatakan. Hanya di hatiku bertanya-tanya apakah benar yang kulihat tadi ataukah aku salah lihat. Tidak mungkin aku salah lihat, karena itu sangat jelas untuk beberapa saaat. Di saat itulah aku merasa shock, tidak menyangka ini yang akan ku alami. Pamanku sendiri melakukan hal itu pada ku yang merupakan keponakannya sendiri. remuk rasanya hatiku menyadari hal ini, layu jiwaku. Tak terasa air mataku jatuh membasahi pipiku. Kutepis dulu rasa sakitku, aku harus pergi kesekolah. Mungkin lebih baik kupendam sendiri semua kejadian memalukan yang aku rasakan ini. Dia memang bukan paman yang biasa ku ajak berdiskusi, dia adik ayahku yang bungsu.
"Nin, ayo berangkat" panggil pamanku, "iya paman sebentar lagi, masih sisiran Nina" sambung ku.
sepanjang perjalanan ke salon di dekat sekolahku, aku berfikir keras. Apa yang harus aku lakukan, sungguh aku malu dengan semua yang telah terjadi. Hatiku benar-benar terasa amat sakit. Tuhan apa lagi cobaan yang datang dalam hidupku, mengapa terlalu berat begini. Apakah tidak ada cara lain yang dipilih Tuhan untuk mengujiku. Ataukah ini yang kata orang karma. Ah, aku tak terlalu percaya pada karma. Ya mungkin ini nasib buruk yang harus aku terima.
"kamu hati-hati ya, nanti kalau pulang turun di depan gang rumah aja ya, ini sedikit bekal untukmu Nin" ujar pamanku, "iya makasi paman. Nanti kalau sudah pulang, Nina bakal langsung pulang" ucapku meyakinkan pamanku.
Aku segera menuju perias di salon itu. Setelah selesai berias kami semua yang mengikuti festival itu berangkat menggunakan bus yang di sewa oleh sekolah. Kepala sekolah tidak terlihat di bus itu. Setelah ku cari tahu ternyata kepala sekolah telah menanti kami di kabupaten.
"wah Ada stasiun tv yang meliput kita lo, kita msuk tv, asikk!!" seru seorang teman yang juga mengikuti festival itu.
Hatiku merasa sedikit terhibur dengan hiruk pikuk di acara festival. Sedikit bisa menjadi pelipur laraku untuk sementara. Kira-kira pukul tiga sore acara telah usai. Kami pun beranjak pulang.
"stop pak, saya turun disini saja, rumah saya tidak jauh dari sini" ujarku pada pak sopir.
aku berjalan gontai, kakiku cukup lelah mengitari lapangan selama festival tadi.
"sudah sampai Nin? bagaimana acaranya tadi?" tanya bibi sesampaiku di rumah.
"sudah bi, acaranya bagus, Nina masuk tv lo bi" jawabku dengan riang.
Kemudian aku berganti pakaian dan segera ku basuh tubuhku. Di kamar mandi kembali aku teringat kejadian pagi tadi. Ah, semakin sakit jika terus ku ingat. Sebaiknya aku mmelupakannya atau menganggapnya tak pernah terjadi. Malam ini harusnya aku bisa tertidur pulas, karena rasa lelahku seharian. Ternyata sulit terpejam mata ini, mungkin karena beban fikiran yang terlalu berat saat ini. Aku panjatkan doa pada Tuhan agar bisa nyenyak tidurku malam ini.
"gimana kemarin festivalnya Nin? kamu hebat ya, baru aja pindah udah bisa ikut acara kayak gtu" tegur Fita yang sejak tadi terlihat asik dengan novelnya. "yah lumayan lancar, capek tapi seneng Fit. Aku cuma kebetulan aja Fit, nggak tau juga kenapa bisa dipilih" sambungku.
Tidak ada yang istimewa hari ini disekolah, sama seperti hari-hari lainnya. Sampai disekolah ya hanya belajar kemudian pulang lagi. Belajar, tidur dan sekolah lagi. Begitulah selanjutnya. sampai kejadian tempo hari telah bisa ku lupakan. Aku bersikap biasa saja pada pamanku yang mengintipku tempo hari, anggap tak pernah terjadi hal itu. Jadikan sebuah pelajaran dalam kamus hidupku. Sepertinya itu pelajaran yang akan membuatku memiliki sikap tidak percaya terhadap siapapun juga, meskipun itu saudaraku.
"Nin nanti sore ada tetangga yang nikahan, kamu pergi menghadiri ya, bibi ada urusan sedikit" suruh bibi padaku siang itu. "iya bi nanti Nina saja yang pergi".
Di acara tetangga bibi ku banyak pemuda pemudi yang hadir, tapi aku tak mengenal mereka. Kudengar samar mereka berbisik-bisik membicarakanku. Ah, masa bodoh dengan mereka, aku tak ada urusan dengan mereka. Setelah sepuluh menit aku berada di sana kemudian aku pamit pulang pada empunya acara. Ternyata cukup asik pergi ke acara seperti itu, bisa cuci mata. Malam nanti pastinya akan bermimpi menikah aku ini. Maklum pengaruh acara tadi cukup kuat melekat dalam ingatanku.
Pagi-pagi sekali aku berangkat menuju sekolah agar aku tidak ketinggalan bus. Jika aku menunggu bus ketiga, maka aku akan terlambat tiba di sekolah.
"Nin, besok kan hari minggu, rencana kita-kita mau main ke Parang Tritis ni, kamu ikut ya" ajak Fita. "iya deh, nanti aku ijin paman ku dulu ya. sama siapa aja perginya" sambungku.
"ada 6 orang Nin, temen-temen sekelas kita semua Nin" ujar Fita. kemudian aku mengangguk tanda setuju.
Sesampai di rumah, aku langsung membicarakan rencana tamasya ku pada bibi dan paman. Mereka memberiku ijin, asalkan aku bisa menjaga diri dengan baik, dan akupun mennyanggupi kata-kata paman dan bibi.
"ayo kita berangkat" ujarku pada teman-teman yang sejak tadi telah menunggu kedatanganku. Kami sepakat bertemu didekat sekolah, dan aku sedikit terlambat datang, karena harus menyelesaikan sarapan di rumah. Perjalanan kami amat menyenangkan, banyak tempat yang belum pernah ku lihat sebelumnya. Sungguh indah ciptaan Tuhan yang Maha Agung.
"taraaa, kita udah nyampe di Parang Tritis Nin" teriak seorang temanku, spontan aku terbangun dari lamunanku "oh, iya, waw bagus banget ya tempatnya, ombaknya indah".
"nggak salah kan aku ngajak kamu ke sini Nin?" tanya Fita tiba-tiba, "nggak ko Fit, malah bener banget ni tujuan kamu, aku bener-bener suka, makasi ya".
Bukit-bukit kecil menghiasi sekeliling Parang Tritis. Banyak pasangan dan keluarga yang bertamasya di sana. Kuperhatikan dari kejauhan ada beberapa turis asing yang sedang menikmati keindahan tempat ini. Kususuri tempat ini, hingga ku temukan pedagang kelapa muda. Aku berhenti untuk melepas dahagaku.
"bu, es kelapa nya satu ya" pintaku ke penjual itu.
entah di mana teman-temanku, mereka asik mencari kesenangan tersendiri, begitupun denganku. Air kelapa membasahi tenggorokanku, sangat segar sekali. Dari dulu aku sangat gemar dengan minuman yang satu ini, bahkan rela aku mengeluarkan kocek lebih untuk memperoleh kelapa yang tingkat kemudaannya bagus.
"Nina!!! udah sore ni, ayo kita pulang, nanti terlalu malam sampai dirumah" teriak teman-temanku menyadarkan lamunanku.
"eh, iya, ayo pulang" ujarku singkat.
diperjalanan pulang aku merasa sangat lelah, karena seharian menyusuri Parang Tritis. Akan tetapi ada kepuasan tersendiri yag kudapatkan. Terima kasih teman-temanku, kalian memang teman terbaik yang kumiliki saat ini.
"aku turun sini saja, udah dijemput pamanku" pintaku pada Fita. Fita mengangguk, kemudian mengucapkan selamat tinggal padaku.
Tiba-tiba jantungku berdetak kencang saat melihat nya menjemputku. Tentu bisa kalian tebak siapa dia. Dia adalah paman yang telah mengintipku dulu. Aku gelisah, tetapi tak kuperlihatkan kegellisahanku dihadapannya. Hari sudah cukup malam ketika aku dan pamanku tiba di rumah. kemudian ketika aku hendak masuk kamar, tiba-tiba ia pamanku menarikku ke sofa, dia memelukku erat dan mencium bibirku. Saat itu terasa hancur semua harapanku dan masa depanku. Air mata membasahi pipiku. Aku yang masih duduk di bangku SMP ini hanya tau bahwa itu perbuatan orang yang tak beradab. Apapun dan siapapun dia, perbutannya kali ini sungguh tak bisa ku tolerir lagi. Setelah aku terlepas dari cengkraman maut, aku menangis tersedu-sedu di kamarku. Menangisi betapa bodohnya diriku yang tak bisa melawan. Diriku yang hanya bisa diam ketika diperlakukan seperti itu. Ah, kenapa aku harus tercipta menjadi seorang wanita yang lemah. Tuhan tak adil tehadapku, Dia memberiku cobaan yang melewati batas kemampuanku. Aku tak bisa berfikir jernih, hanya bisa menangis dan mengutuk orang biadab yang telah melakukan ini padaku. Tidak ada lagi saudara, ataupun ikatan darah. Semua yang di dunia ini hanyalah topuan semata yang membunuh diri kita sendiri.
Kuambil secarik kertas, dan aku mulai menulis dalam keputus asaanku.

Teruntuk
Ayah dan Ibu Tercinta

terimakasih telah membasarkan ananda, mengasihi serta membimbing ananda hingga hari ini. sungguh begitu kasih kalian terhadap ananda. ananda merasa sangat beruntung dilahirkan dalam keluarga ini. kali ini ananda memohon maaf yang sebesar-besarmya pada ayah dan ibu apabila ananda tidak bisa mambuat ayah dan ibu bahagia. semoga ayah dan ibu selalu bahagia di dunia ini. ananda pasti akan merindukan kalian semua.

dengan Cinta
Nina

Itulah isi surat yang kutulis untuk orang tuaku. Kuletakkan surat itu di tas sekolahku, berharap mereka akan menemukannya esok hari. Malam ini aku terpaksa tidur dengan kehidupanku yang telah hancur. air mataku tak mampu lagi megalir, mungkin sudah terlalu sakit sehingga mataku tak bisa merasakannya lagi.
Pagi-pagi sekali aku bangun dengan terhuyung-huyung. Tak satupun di rumah ini yang sudah bangun kecuali aku. Kulangkankan kakiku menuju Waduk yang terdekat dari kediaman pamanku. Dalam hati ku ucapkan berjuta maaf dan berjuta kerinduan pada orang tuaku. Sesungguhnya aku sangat merindukan kalian, tetapi aku tak pantas menemui kalian lagi. Tak terasa aku telah sampai di Waduk, kuamati setiap sudut waduk ini. Airnya tenang, kicau burung terdengar dikejauhan. Sepertinya ia menyambut kehadiranku ini. Ah, dingin sekali rupanya air ini. Itu yang kurasakan ketika kakiku menyentuh air Waduk ini. Perlahan tetapi pasti aku melangkah ketengah waduk yang semakin dalam, meninggalakan semua yang kucintai.


*Cerita ini sy dedikasikan untuk seorang teman yang masa depannya telah hancur karena pelecehan seksual yang ia alami. Pesan yang sy tanamkan dlm crta ini sesungguhnya supaya siapapun yang mengalami hal seperti ini, bukanlah merupakan akhir dari segalanya. Tataplah ke depan, karena masa depan menyambutmu denga senyumnya yang indah.

2 comments: