Thursday, March 31, 2011

Saat Menghadapi Sebuah Wadah



Ketika beranjak dari remaja menjadi dewasa, banyak hal yang dilewati. Terletak segala emosi seseorang yg belum dapat terkontrol. Ada saat menjalani sebuah wadah yang disebut organisasi. Hal ini merupakan awal diri memasuki dunia yang menyatukan sifat dan tabiat yang berbeda, dimana kita dituntut satu sama lain untuk saling tenggang rasa agar tercapai tujuan bersama dan demi kemajuan wadah tersebut. Perlahan diri kita menjalani hal-hal dari yang kita suka sampai yang paling tidak kita sukai.
Pertama semua akan berjalan seperti air, kemudian mulai timbul konflik kecil. Dari hal pribadi yang dikaitkan kedalam organisasi sampai perbedaan pendapat dalam sebuah rapat. Konflik yang kecil bermula dari masalah dapat terselesaikan secara perlahan, tetapi ketika usai, kembali muncul konflik yg disebabkan oleh oknum-oknum tertentu. Dan pada saat itu terjadi, posisi diri kita masih baru dalam lingkungan tersebut, tentunya akan sangat sulit menghadapinya, tetapi berusahalah meredam amarah dan berfikir positif, tetap jalani kewajiban kita dalam wadah tersebut. Suatu ketika diri kita melakukan kesalahan dan mendapat teguran dari pimpinan, terimalah dan meminta maaf serta jangan ulangi perbuatan itu jadikan pelajaran, tetapi ketika pimpinan menyertakan kalimat cacian dalam menegur, maka kita berhak melakukan pembelaan. Hal itu merupakan tanda bahwa pimpinan kita tidak memiliki softskill yang baik untuk selalu mengarahkan kita kedalam hal yang baik dan untuk memotivasi kita. Juga merupakan sikap yang sangat tidak terpuji dari seorang pemimpin, karena melontarkan perkataan yang seharusnya dilontarkan kepada seekor binatang. Tetapi tetaplah berusaha untuk memaafkan pimpinan meskipun itu sangat berat, karena pada dasarnya manusia tidak ada yang sempurna, dan kita sebagai makhluk sosial dituntut untuk tenggang rasa dan toleransi. Bila hal diatas terjadi pada diri kita maka jadikanlah sebagai pelajaran berharga agar suatu saat nanti ketika kita berada pada posisi orang tua, kita dapat mendidik anak dengan baik dalam bertutur kata maupun dalam belajar. "Secangkir kopi yang terus menerus ditimpa dengan air bersih pasti sedikit demi sedikit akan bersih keseluruhan, dan sebaliknya secangkir air bersih bila terus menerus ditimpa kopi maka akan semakin keruh dan menghitam"

Friday, March 18, 2011

UPAKARA DAN SEGALA KELENGKAPANNYA DI BALI


Sekilas kita lihat bahwa canang bagi masyarakat hindu suku Bali merupakan hal yang tidak pernah terlewatkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan canang merupakan simbul dari Tuhan YME, sarana untuk mendekatkan diri pada Tuhan YME dan wujud rasa syukur karena telah diberikan kehidupan oleh Beliau. Masyarakat suku bali pada umumnya yang bertempat tinggal di Bali mempercayai bahwa apabila mereka tidak menghaturkan canang maka hal buruk akan menimpa mereka, dan apabila semakin banyak canang yang dihaturkan maka semakin banyak pula rejeki yang akan didapatkan. secara ilmiah hal ini sama sekali tidak bisa dibuktikan dengan eksperimen, mungkin saja memang mereka sedang sial pada hari tersebut sehingga tertimpa kesialan dan kemungkinan lain bisa saja mereka memang rajin serta ulet dalam bekerja sehingga memperoleh hasil yg memuaskan. seperti kita ketahui canang memiliki banyak tingkatan dan jenis yang terdiri dari banyak pernak-pernik yang harus kita bubuhkan didalamnya serta biaya yang kita keluarkan juga banyak. Bahkan apabila tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli kelengkapannya, untuk memenuhi canang yang begitu banyaknya harus berhutang disana dan sini. tak jarang setelah maupun sebelum membuat ataupun membeli canang terjadi pertengkaran dalam keluarga. apakah dengan terjadinya hal tersebut, canang masih bisa membawa pahala bagi kita? apakah Tuhan tidak akan marah jika hambanya memberi dengan pamrih?. Tentunya masing-masing pribadi akan berpendapat berbeda.
Dilain sisi bila menilik fenomena orang hindu bali yang tinggal diluar bali contohnya Sumatra dan Jawa, mereka lebih cenderung mempelajari sastra agama dibandingkan mengimplementasikan canang yang memiliki banyak jenis dan tingkatan berisi segudang pernak-perniknya yang makin sulit didapatkan dan langka. Mereka percaya bahwa Tuhan tidak akan menuntut umatnya untuk membuat canang sekian banyak untuk menyenangkan Beliau, yg Beliau ingnkan adalah ketulusan hati saat memuja beliau bagaimana dan apapun caranya. Mereka lebih memilih bersemedi dari pada membuat canang setiap hari, dan pada hasilnya rezeki yang mereka perolehpun tidak jauh berbeda dari mereka yang menghaturkan canang setiap harinya. Dan cara fikir merekapun lebih terbuka dibandingkan mereka yang masih melaksanakan adat secara sepenuhnya.
Memang benar jika adat haruslah dipertahankan, dan ada kalanya adat harus mengalami perombakan karena pergeseran jaman, seperti membuat canang, tidak mustahil pernak-pernik yang ada didalamnya akan semakin sulit didapatkan, sehingga perlunya diadakan sedikit perombakan terhadap aturan adat dalam membuat canang. Tentunya hal tersebut tidak boleh lepas dari konsep tri kerangka agama hindu serta tetap mengedepankan keseimbangan alam, manusia dan Tuhan. Sebagai manusia yang semakin cerdas dan mengerti akan kemajuan teknologi, marilah kita benahi agar hal tersebut berjalan dengan baik agar nantinya tidak timbul pertengkaran maupun perbedaan pendapat.