Saturday, October 15, 2011

Try To Be Wise

Terkadang dunia terlihat kejam dan sangat indah, begitu pula dengan hidupku. Aku memiliki dua saudara perempuan dan dua saudara laki-laki. Saat ini aku indekost bersama saudara perempuan

ku yang pertama, kami sama-sama sedang menempuh pendidikan perguruan tinggi. selisih umur kami pun hanya 1 tahun. perbedaan umur kami yang hanya 1 tahun ini membuat banyak perbedaan pada kami, yang paling mendasar adalah karakter kami yang tentunya 180 % berbeda. Saya bukan orang yang suka mengulang kata-kata saya, juga bukan orang yang suka ditentang, serta sdkit temperamen. sedangkan adik saya adalah seseorang yang santai dalam segala hal, tidak bisa menjalankan nasehat bila hanya sekali dua kali diberitahu. Dari sekian ketidaksamaan kami menimbulkan perselisihan diantara kami, dan ini berlangsung hampir setiap hari. Saya yang notabene adalah orang yg sedang melatih kesabaran tentunya lebih cepat terpancing emosi dengan semua perkataan negatif adik saya. Sampai suatu ketika saya tak berkeinginan pulang ke kamar kos saya dan memutuskan untuk menginap di kos teman satu kampus saya. Detik, menit, jam pun berlalu, tetapi tidak ada tanda-tanda telefon ataupun smz dari adik saya. Pada saat inilah keegoan saya muncul dan saya merasa sangat sedih, karena ternyata kepergian saya tidak membuatnya iba. Tetapi kembali saya berfikir dengan jernih tidak mementingkan ego saya. Akhirnya keesokan hari saya kembali pulang ke kos, kemudian saya sapa adik saya agar suasana bisa mencair. Berat rasanya harus seperti itu, tapi saya adalah manusia yg harus belajar untuk berbuat lebih baik dari hari kemarin.

Haripun berganti, saya semakin sadar akan segala keburukan dalaam diri saya, dan saya mencoba memperbaikinya. Saya pun lebih banyak bergaul dengan orang-orang yang mempunyai aura positif untuk diri saya. Semua hal berusaha saya perbaiki, tetapi hal tersulit adalah melatih hati saya untuk ikhlas menerima segala perkataan buruk dari siapapun itu. Ternyata saya belum bisa melatihnya secara meksimal, karena ketika setiap kali perselisihan muncul lagi dengan adik saya, dan setiap adik saya mengeluarkan kata-kata yang seharusnya tak dia ucapkan pada saya, terus terang hati saya merasa sangat sakit, sangat tersayat. Ingin rasanya membela diri dan kembali menggunakan ego, akan tetapi saya sesegera mungkin mencoba mengendalikan hat saya dan fikiran saya. Kemudian saya berfikir bahwa lebih baik saya diam dari pada berbicara tapi hanya akan menambah masalah. Meskipun saya sadari bahwa ada rasa sakit yang terselip di hati ketika harus melakukan hal itu. Tapi satu yang saya tau, bahwa saya harus siap berkorban jika saya ingin mengubah pribadi saya menjadi semakin baik dan semakin baik lagi dari hari ke hari. Benar saja semakin hari kemarahan saya semakin berkurang meskipun terkadang out of control. Tapi saya merasa senang karena sebagai seorang kakak saya perlahan bisa membuktikan pada adik saya bahwa saya manusia yang selalu mengusahakan kebaikan bagi pribadi saya yang penuh kekurangan untuk menjadi pribadi yang super, dan tentunya itu akan butuh waktu seumur hidup saya.

"Ketika kita menjadi manusia yang paling hina sekalipun, jangan pernah merasa takut untuk bangkit menuju cahaya putih, karena hidup adalah liku-liku dengan kerikil-kerikil tajam didalamnya"